Sinyal Powell Kurangi Rintangan Bank Sentral Emerging Market untuk Turunkan Bunga
Thursday, July 11, 2019       15:40 WIB

Ipotnews - Pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell mendorong bank sentral  emerging market  untuk bersiap-siap menurunkan suku bunga. Di depan Kongres AS, Rabu kemarin, Powell memberi sinyal bahwa Fed sedang bersiap untuk menurunkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.
Penurunana suku bunga Th Fed akan mendukung mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi, yang pada gilirannya memungkinkan otoritas moneter di  emerging market  (EM) untuk melonggarkan kebijakan, tanpa memicu eksodus modal.
Penurunan suku bunga juga memberi kesempatan kepada para pembuat kebijakan untuk mendorong perekonomian keluar dari tekanan pertumbuhan yang melambat, inflasi yang lemah, dan memansanya ketegangan perdagangan yang mengganggu investasi dan manufaktur. Di seluruh Asia dan Eropa, aktivitas pabrik menyusut pada Juni lalu, sementara AS hanya menunjukkan sedikit ekspansi ekonomi.
Bank-bank sentral di Indonesia, Korea Selatan dan Afrika Selatan adalah di antara mereka yang dijadwalkan untuk membuat keputusan kebijakan dalam beberapa minggu mendatang. Sedangkan beberapa negara di EM telah menurunkan suku bunganya dalam beberapa bulan terakhir, diantaranya Rusia, Chili, Malaysia, India dan Filipina.
"Kesaksian Powell dan kemungkinan pelonggaran 25 basis poin pada bulan ini, kemungkinan akan membantu memacu bank sentral pasar berkembang untuk menurunkan suku bunga," kata Mitul Kotecha, ahli strategi pasar berkembang baru di TD Securities di Singapura, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (11/7).
Komentar Powell dapat memberikan dorongan kepada Bank Indonesia untuk bergerak setelah membiarkan suku bunga acuannya tidak berubah di posisi 6% sepanjang tahun ini. Sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga enam kali pada tahun lalu, dengan total penurunan 175 basis poin di tengah derasnya tekanan terhadap rupiah. Sepanjang tahun ini, BI terkesan sangat berhati-hati tahun ini untuk menghindari pelemahan rupiah.
"Nada komentar [Powell] itu lebih dovish daripada yang diantisipasi," kata Stuart Ritson, manajer portofolio untuk EM di Aviva Investors, Singapura. "Ini meningkatkan kemungkinan kita melihat awal dari siklus pelonggaran di Indonesia minggu depan," imbuhnya.
Bank sentral Korea Selatan, yang juga akan menggelar rapat kebijakan pekan depan, diperkirakan akan menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Pertumbuhan yang stagnan di Afrika Selatan, juga meningkatkan harapan para investor akan penurunan suku bunga pada rapat bank sentral 18 Juli nanti.
Bank sentral Afrika Selatan telah mempertahankan suku bunga utamanya di 6,75% sejak kenaikan 25 basis poin pada November lalu, karena ruang untuk memangkas suku bunga dibatasi oleh defisit transaksi berjalan.
Sementara itu, Bank Rakyat China (PBoC) sudah dalam mode stimulus, meskipun sejauh ini menghindari pemotongan suku bunga acuan. Sebaliknya, PBoC mengandalkan beberapa peralatan kebijakan moneter yang bervariasi untuk mendorong pengucuran kredit ke dalam perekonomian. Gubernur PBoC, Yi Gang pada Juni lalu mengtakan, bahwa bank sentral memiliki ruang kebijakan "luar biasa".
Namun inflasi harga produsen nasional pada Juni lalu yang melambat ke titik nol dibanding tahun sebelumnya, merupakan yang terlemah dalam hampir tiga tahun, sehingga memicu harapan bahwa akan ada pelonggaran lebih lanjut.
"Kondisi keuangan di China sekarang ini, jelas sekali berada dalam teritori pelonggaran wilayah dan menyaringnya melalui ekonomi riil," tulis Shaun Roache, kepala ekonom Asia-Pasifik untuk S&P Global Ratings dalam catatannya. "Pelonggaran yang berhati-hati ini harus cukup kuat untuk meletakkan dasar yang lembut untuk pertumbuhan China selanjutnya pada tahun ini."
Menurut Chang Shu, ekonom Bloomberg untuk Asia, pelonggaran sinyal The Fed akan mempermudah bank sentral EM untuk menurunkan suku bunga. Dan ini terjadi pada saat EM melemah dan membutuhkan ruang kebijakan.
"Cina telah tenggelam dalam siklus pelonggaran. Banyak bank sentral EM, termasuk India, Malaysia dan Filipina telah menurunkan suku bunga tahun ini karena kekhawatiran pertumbuhan. Tapi beberapa bank sentral, misalnya Indonesia, masih ragu-ragu dengan kekhawatiran pada tekanan mata uang," ujarnya.
Pernyataan Powell mendapat respon positif di bursa Asia. Indeks MSCI mata uang EM hari ini naik 0,4% pada hari ini, memperpanjang kenaikan 0,1% pada hari Rabu. Indeks MSCI untuk saham EM juga menguat untuk hari kedua, dengan bertambah 0,8%.
Para trader meningkatkan ekspektasinya bahwa Fed akan menurunkan suku bunga pada rapat 30-31 Juli, kemungkinan setengah poin persentase, meskipun konsensus penurunan hanya seperempat poin.
"Sikap  dovish  The Fed saat ini menghilangkan rintangan terakhir bagi bank sentral Asia untuk melonggarkan kebijakannya," kata Jason Daw, kepala strategi EM Societe Generale, Singapura. "Pasar cenderung untuk membebankan tingkat pelonggaran bank sentral Asia yang lebih tinggi daripada yang akhirnya diberikan oleh pemotongan itu sendiri." (Bloomberg)

Sumber : Admin